blitzfemale.com | SURABAYA – Sadarkah kita, sesungguhnya Ibu Kartini terlahir untuk mengembalikan fitrah wanita pada masanya. Wanita yang dengan kesejatiannya mampu menjadi wanita-wanita yang pandai bukan hanya dari sudut akal, namun juga pandai dalam mengelola hati. Wanita yang terbuka pemikirannya, namun pandai dalam menempatkan dirinya. Wanita yang banyak bergaul dengan tokoh-tokoh utama Belanda namun tetap menjaga fitrahnya sebagai ibu yang tetap semangat mendidik anaknya diatas tangannya.
Kartini sejati memiliki fitrah belajar yang terjaga, tersurat dalam sejarahnya ia berjalan kepada sang ulama pada masanya untuk mengajarkan Alquran berikut tafsir maknanya. Hal ini dapat kita lihat pada museumnya, terdapat sebuah kitab jawa tafsir Alquran didalamnya.
Kecerdasannya menyiratkan makna apa yang sejatinya diemban oleh wanita adalah untuk mengembalikan kesejatian peran orang tua, kesejatian pendidikan, kesejatian anak anak kita yang disesuaikan dengan pedoman agama namun tidak melepas kesejatian budaya.
Bagaimana langkah untuk mengembalikan itu semua?
Ingatlah, bahwa sesungguhnya hanya kedua orang tualah yang paling mengenal potensi dan keunikan anak-anak nya. Kedua orang tualah makhluk yang paling mencintai anak anak nya dengan tulus. Orang tua sejati adalah mereka yang menginginkan kebahagiaan anak anaknya lebih dari apapun di muka bumi.
Dunia persekolahan adalah dunia yang tidak pernah mengandung anak anak kita, tidak pernah melahirkan anak-anak kita, bahkan tidak pernah diberi amanah oleh Allah SWT sesaat pun. Oleh karena itu, persekolahan bukanlah dunia yang sungguh sungguh mampu mengenal dan mencintai anak anak kita dengan tulus dan ikhlas.
Baca juga : Mazaya Fit Rayakan Setahun Beroperasi, Sekaligus Luncurkan Aplikasi
Bukankah anak kita adalah alasan terbesar dan terpenting mengapa kita ada di muka bumi? Mereka adalah amanah bagi kita untuk mendidik generasi peradaban bagi dunia yang lebih damai dan akan membanggakan umat Nabi Muhammad di yaumul qiyamah kelak.
Membangun pendidikan yang sejati adalah pendidikan yang dimulai dirumah-rumah kita sendiri. Membangun home education bukan lah pilihan tapi merupakan kewajiban setiap orang tua. Tentu saja porsi kuantitas waktu dan kualitas perhatian harus lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan diluar rumah.
Sayangnya, banyak orang tua yang menganggap kewajiban mendidik telah selesai ketika anak anak berada sepenuh waktu di sekolah dan lembaga-lembaga kursus.
Obrolan tentang pendidikan adalah obrolan seputar ranking, ijazah, prestasi-prestasi akademis, dan tugas-tugas sekolah yang di bawa ke rumah, bukan tentang pengembangan karunia fitrah yang dimiliki anak-anak kita.
Mari kita kembalikan fitrah kesejatian peran orang tua, kesejatian fungsi rumah, kesejatian pendidikan, dan kesejatian anak anak kita. Untuk masa depan negara yang lebih bermakna.
Penulis adalah : Sekar Rinukti S.Psi – seorang ibu dengan 6 putra putri yang usnchooler sekaligus owner dari Mazaya Fit (Gym Wanita Muslimah Surabaya)