
blitzfemale.com | OPINI – Delapan puluh tahun adalah perjalanan panjang bagi sebuah bangsa.
Layaknya manusia yang memasuki usia matang, seharusnya di titik ini Indonesia telah lebih mapan, tertata, dan sejahtera.
Namun realita tak selalu seindah harapan.
Masih ada kekurangan di sana-sini. Masih ada rakyat yang tertatih mencari penghidupan. Masih ada kebijakan yang terasa belum menyentuh akar persoalan.
Ini fakta yang tak bisa kita tutupi. Tapi fakta itu seharusnya menjadi undangan untuk bekerja bersama, bukan bahan bakar untuk hujatan tanpa henti.
Sayangnya, di tengah perjalanan panjang bangsa ini, kita menyaksikan fenomena yang mengiris hati.
Segelintir kelompok, termasuk sebagian yang menamakan diri sebagai tentara dunia maya, menghabiskan waktunya menuding, mencaci, dan menjatuhkan pemerintah siapa pun pemimpinnya.
Seolah tak ada yang benar, seolah mereka sendirilah yang memegang kunci kebenaran.
Padahal, membangun negeri tidak pernah hanya tentang siapa yang duduk di kursi tertinggi.
Membangun negeri adalah kerja bersama.
Dari petani di sawah, nelayan di laut, guru di desa, perawat di puskesmas, hingga ibu rumah tangga yang menanamkan budi pekerti pada anak-anaknya.
Bila ada yang kurang, benahilah dari akar.
Bila ada yang salah, luruskan dengan karya.
Menyalahkan tidak pernah membangun.
Hujatan tak pernah menghasilkan kemajuan.
Kami di Ibu Semangat Indonesia Kuat memilih jalan berbeda.
Kami tidak menghabiskan waktu untuk menghitung kesalahan orang lain. Kami memilih menyalakan cahaya, walau hanya lilin kecil di tengah gulita.
Kami turun ke lapangan. Mengajak ibu-ibu bangkit secara ekonomi. Melatih mereka keterampilan agar mandiri. Menanamkan semangat mencintai negeri lewat langkah-langkah nyata.
Kami percaya, perbaikan dimulai dari lingkaran terkecil — keluarga, lingkungan, komunitas. Dari sanalah gelombang perubahan mengalir.
Setiap tangan yang bekerja dari hati, sekecil apa pun, akan jauh lebih berharga daripada sejuta kata yang keluar dari amarah ketidakpuasan.
Dan setiap langkah yang diambil dengan tulus, sekecil apa pun, akan menambah kekuatan bagi bangsa ini.
Maka, jika engkau benar mencintai negeri ini… hentikanlah hujatan yang tak membawa kemajuan.
Turunlah ke tanah, sentuhlah akar, dan mulailah dari sana.
Sebab Indonesia yang kuat dibangun bukan dari mulut yang berteriak, melainkan dari tangan yang bekerja dan hati yang ikhlas.
Mari bangun dari akar, bukan dari hujatan.
Demi 80 tahun Indonesia yang tak sekadar bertambah usia, tetapi juga bertambah dewasa.
Demi masa depan yang akan dinikmati oleh anak cucu kita kelak.
Penulis adalah : Ning Prita Eksimaningrum – Direktur Utama ISIK (Ibu Semangat Indonesia Kuat, Organisasi Pemberdayaan Perempuan & Pelestarian Budaya)